Featured

6 PROF AGUNG ENDRO NUGROHO GURU BESAR TERMUDA FAKULTAS FARMASI UGM

GURU BESAR TERMUDA UGM - Guru besar tak identik dengan usia senja dan rambut putih. Saat ini banyak bermunculan guru besar berusia muda. Salah satunya adalah Guru Besar Fakultas Farmasi UGM Prof Agung Endro Nugroho. Dia menerima gelar tertinggi di bidang akademik tersebut saat berusia 36 tahun.

Senyum semringah tampak dari raut wajah Agung ketika menerima ucapan selamat secara bergiliran dari tamu yang hadir saat pengukuhan dirinya sebagai guru besar di Ruang Senat Kampus UGM Jogjakarta kemarin (28/2). Setelah prosesi pengukuhan, secara bergantian keluarga dan kerabat dekat mengabadikan momentum spesial itu.

Guru besar lulusan S3 School of Medicine Ehime University Jepang ini mengaku prestasi ini merupakan hasil kerja keras di bidang akademik. Dia mengaku tidak ada kiat khusus dalam pencapaian prestasi tersebut.

”Saya hanya menjalankan tridarma perguruan tinggi sesuai dengan jalur. Bila proses tersebut dijalankan maka kesempatannya semakin besar,” terang Agung usai pengukuhan sebagai gubes.

Agung merupakan sosok yang dikenal fokus dalam pengembangan obat herbal di Indonesia Sebagai negara terbesar di dunia kedua setelah Brasil dalam memiliki biodiversitas, Agung merasa prihatin karena Indonesia tidak mampu menghasilkan obat-obatan herbal. Bahkan, 95 persen bahan baku obat yang ada di Idonesia masih harus impor.

Atas kenyataan tersebut, bersama rekan-rekan seprofesinya Agung merintis untuk menghasilkan tanaman obat herbal dari Indonesia. Dari hasil penelitian obat herbal, Fakultas Farmasi UGM mampu menghasilkan delapan obat herbal yang siap diproduksi.

Untuk bisa diproduksi, Agung harus meyakinkan Menteri BUMN Dahlan Iskan. Dia mesti meyakinkan produk obat yang dihasilkan layak produksi. Dari hasil presentasi tersebut, delapan obat herbal dari Fakultas Farmasi UGM dinyatakan siap dikembangkan oleh BUMN. ”Beberapa waktu lalu saya dan rekan-rekan mempresentasikan langsung di hadapan Pak Menteri. Beliau tertarik untuk memproduksinya,” katanya.

Tanaman yang dikembangkan untuk obat herbal tersebut semuanya diambil dari tanaman yang tumbuh di wilayah DIJ. Tnaman itu seperti sambiloto dan awar-awar.

Bahkan, lelaki kelahiran Surakarta 15 Januari 1976 ini meyakinkan hampir sebagian besar tumbuhan yang ada di Jogjakarta berkhasiat sebagai tanaman herbal. ”Kami memang berorientasi kepada local wisdom,” jelasnya.

Agung mengatakan tidak menutup kemungkinan adanya tanaman unggulan lain untuk dimanfaatkan dan dikombinasikan dengan tanaman lokal DIJ. Tanaman itu bisa digunakan sebagai obat untuk diabetes, kanker, kegemukan, dan darah tinggi.

Figur yang juga menjabat wakil dekan Fakultas Farmasi UGM ini juga menuturkan kendala utama yang menyebabkan penelitian masih sangat minim sehingga memengaruhi produksi obat herbal di Indonesia. Dia menegaskan, alasannya sangat klise yakni persoalan biaya. ”Penelitian dalam obat herbal ini memang membutuhkan biaya yang tidak sedikit,” jelasnya.

Agung menjelaskan, perkembangan produk obat herbal di Indonesia dibagi menjadi tiga. Yakni, jamu, obat herbal terstandardisasi, dan fitofarmaka. Untuk itu, dia mengimbau masyarakat yang biasa menggunakan jamu untuk selalu waspada.

Karena biasanya, jamu-jamu yang beredar banyak dicampur dengan zat kimia. ”Jika jamu sudah bercampur zat kimia, itu dipertanyakan. Karenanya, jamu yang beredar harus benar-benar tersandardisasi,” jelas suami dari Puji Astuti ini.

Menurut Agung, obat herbal yang terstandardisasi lebih aman untuk digunakan. Sebab, masyarakat lebih mengetahui kandungan yang terdapat dari jamu tersebut. ”Jamu terstandardisasi, senyawa aktif dan kandungan yang terdapat dalam jamu tersebut jelas,” terangnya.

Saat ini, ayah dari Mutiara Ramdhani Nugroho dan Aji Suryo Nugroho tersebut terus mendorong pelaku industri obat di Indonesia bisa menghasilkan fitofarmaka. Sebab, hingga kini Indonesia belum memiliki satu pun fitofarmaka.

Fitofarmaka, jelasnya, merupakan obat yang berasal dari tanaman yang memiliki kualitas sama dengan obat-obat sintetik yang beredar saat ini. ”Fitofarmaka sudah dilakukan pengujian pada manusia dan benar-benar berkhasiat dan aman. Jika sudah aman maka sudah bisa digunakan dalam peresepan dokter,” jelasnya.

Biodata Prof Agung:

Nama: Prof Agung Endro Nugroho
Lahir: Surakarta, 15 Januari 1976
Istri: Puji Astuti
Anak: Mutiara Ramdhani Nugroho dan AJi Suryo Nugroho
Jabatan: Guru Besar Termuda Fakultas Farmasi UGM dan Wakil Dekan Fakultas Farmasi UGM
Read more
 
Powered by Blogger