Hebat! Dulu Diejek Karena Yatim Kini Malah Asuh 175 Anak Yatim. Adalah Muhammad Khoirul Sholeh alias Gus Mad bersama Ayu Inayatul Jalilah istrinya kini mengasuh 175 anak bayi yatim dan dhuafa. Padahal dulu Gus Mad ketika masih balita sering diejek teman temannya karena statusnya sebagai yatim.
Gus Mad demikian ustad berusia 40 tahun itu biasa dipanggil, sibuk mengurus anak anak yatim dan miskin dari berbagai daerah untuk diasuh dalam Pondok Pesantren Millinium Roudhotul Jannah di Tenggulunan, Candi, Sidoarjo, Jatim.
Dia memilih jalan itu karena sumpahnya waktu kecil. Gus Mad menceritakan, ia lahir dari keluarga tak mampu. Dari 8 orang bersaudara, Gus Mad anak keenam dan dua adiknya tak sempat mengetahui ayahnya hidup alias yatim.
"Saat saya umur 3 tahun, bapak meninggal. Karena keluarga pas-pasan, saya harus bekerja untuk bisa sekolah. Mulai jadi buruh tani hingga jualan dawet" jelas putra alm M Kabul Soebijakto ini.
Beragam ejekan dan cemoohan teman-teman dan tetangganya tak jarang ia terima. Bahkan, yang membuat ia pedih adalah ketika tetangganya menyebutnya saat itu sudah tak bisa apa-apa karena miskin. "Lihat sekarang kamu sudah jatuh miskin" ungkapnya mengenang.
Perkataan itu membuatnya ingin membuktikan bahwa meski dari keluarga tak mampu ia bisa bermanfaat bagi orang lain. Makanya, ketika lulus SMA tahun 1989, Muhammad berniat mendirikan ponpes di tanah seluas 25×5 meter, hasil pembagian warisan orangtuanya. Niat itu pun dianggap guyon oleh kakak-kakaknya. "Anak nakal seperti kamu mau dirikan ponpes? Kayak wali saja. Saya pun jawab "siapa tahu ada wali lewat?" tutur Gus Mad.
Awal ponpes berdiri, santrinya hanya 7 anak yatim dan kurang mampu dari penduduk sekitar ponpes. Dengan ilmu agama yang ia dapatkan dari orangtua dan mengaji sewaktu kecil, Muhammad mencoba menularkan. Dia belum berpikir untuk mengangkat, mengadopsi, dan merawat bayi. Maklum, saat itu ia memang belum berkeluarga. Gus Mad baru menikah pada 1997 dengan gadis Bali yang juga seorang muallaf.
"Memang salah satu cita-cita saya bisa menemukan jodoh dari yang bukan Muslim. Dengan begitu, dia menjalani Islam karena keimanannya sendiri, bukan karena mengikuti keluarga" ucapnya.
Bersama istrinya Ayu Jalilah, Gus Mad tinggal bersama dan menghidupi 175 anak dan bayi dari keluarga yatim dan papa. Ada pula mereka yang menginjak remaja, mereka juga dibesarkan dan dididik di tempat itu secara cuma-cuma. Semua diasuh dalam payung Pondok Pesantren Millinium Roudhotul Jannah, gratis semua.
"Semua kami anggap dan perlakukan seperti anak sendiri. Alhamdulillah kami diberi daya ingat sehingga mampu menghafal nama masing-masing. Itu sangat kami jaga agar sosok orangtua bisa masuk ke diri mereka"papar Gus Mad kepada surya.co.id, Jumat (3/9/2010).
Gus Mad yang hari ini 4 September berusia 40 tahun, memang lebih fokus ke anak-anak dan bayi terlantar. Padahal sebelumnya, ia hanya membantu anak-anak dari keluarga miskin.
"Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim" QS Al-Maa’uun ayat 1-2 itu mengilhami pilihan hidup Muhammad Khoirul Sholeh Effendi. Ketika orang lain bingung saat diberi tambahan anak, bahkan menolaknya, ia justru senang dan berburu bayi yatim piatu, miskin atau tak dikehendaki lahir ke dunia oleh orangtuanya.
Mulai hadirnya bayi dan anak dalam ponpesnya, berawal dari tayangan sebuah televisi yang menyiarkan temuan orok bayi yang dibuang di tempat sampah di Jawa Tengah. Perut orok itu habis dimakan anjing. Gus Mad langsung menangis dan berjanji untuk mengasuh setiap bayi atau anak kecil terlantar, bahkan giat mencarinya.
“Untuk itu saya tidak bisa pasif. Saya lantas mencetak banyak kartu nama dan dibagikan ke lembaga atau siapa saja yang saya temui. Dua tiga bulan kemudian, teman saya mengabarkan bahwa ada wanita pengemis asal Sumatera yang ingin menggugurkan bayi dalam kandungannya karena tak dikehendaki suaminya,” ulas pria asli Sidoarjo ini.
Gus Mad langsung mendatangi pengemis itu. Ia diajak ke ponpesnya untuk dicukupi kebutuhan gizinya hingga melahirkan. Bayinya pun ditinggal di ponpes dan sang ibu kembali ke keluarganya.
Menurut Gus Mad, bayi-bayi yang rata-rata berusia di bawah satu tahun itu merupakan makhluk Allah yang punya kelebihan luar biasa dibanding orang dewasa. Di setiap bencana alam, bayi-bayi umumnya beroleh mukjizat keselamatan. Bahkan, ia merasa senang ketika menemukan bayi yang lahir cacat atau kurang normal. Baginya, doa bayi yang tertindas atau tak dikehendaki orangtuanya, dengan keterbatasannya justru mendatangkan berkah yang berlipat-lipat.
Gus Mad demikian ustad berusia 40 tahun itu biasa dipanggil, sibuk mengurus anak anak yatim dan miskin dari berbagai daerah untuk diasuh dalam Pondok Pesantren Millinium Roudhotul Jannah di Tenggulunan, Candi, Sidoarjo, Jatim.
Dia memilih jalan itu karena sumpahnya waktu kecil. Gus Mad menceritakan, ia lahir dari keluarga tak mampu. Dari 8 orang bersaudara, Gus Mad anak keenam dan dua adiknya tak sempat mengetahui ayahnya hidup alias yatim.
"Saat saya umur 3 tahun, bapak meninggal. Karena keluarga pas-pasan, saya harus bekerja untuk bisa sekolah. Mulai jadi buruh tani hingga jualan dawet" jelas putra alm M Kabul Soebijakto ini.
Beragam ejekan dan cemoohan teman-teman dan tetangganya tak jarang ia terima. Bahkan, yang membuat ia pedih adalah ketika tetangganya menyebutnya saat itu sudah tak bisa apa-apa karena miskin. "Lihat sekarang kamu sudah jatuh miskin" ungkapnya mengenang.
Perkataan itu membuatnya ingin membuktikan bahwa meski dari keluarga tak mampu ia bisa bermanfaat bagi orang lain. Makanya, ketika lulus SMA tahun 1989, Muhammad berniat mendirikan ponpes di tanah seluas 25×5 meter, hasil pembagian warisan orangtuanya. Niat itu pun dianggap guyon oleh kakak-kakaknya. "Anak nakal seperti kamu mau dirikan ponpes? Kayak wali saja. Saya pun jawab "siapa tahu ada wali lewat?" tutur Gus Mad.
Awal ponpes berdiri, santrinya hanya 7 anak yatim dan kurang mampu dari penduduk sekitar ponpes. Dengan ilmu agama yang ia dapatkan dari orangtua dan mengaji sewaktu kecil, Muhammad mencoba menularkan. Dia belum berpikir untuk mengangkat, mengadopsi, dan merawat bayi. Maklum, saat itu ia memang belum berkeluarga. Gus Mad baru menikah pada 1997 dengan gadis Bali yang juga seorang muallaf.
"Memang salah satu cita-cita saya bisa menemukan jodoh dari yang bukan Muslim. Dengan begitu, dia menjalani Islam karena keimanannya sendiri, bukan karena mengikuti keluarga" ucapnya.
Bersama istrinya Ayu Jalilah, Gus Mad tinggal bersama dan menghidupi 175 anak dan bayi dari keluarga yatim dan papa. Ada pula mereka yang menginjak remaja, mereka juga dibesarkan dan dididik di tempat itu secara cuma-cuma. Semua diasuh dalam payung Pondok Pesantren Millinium Roudhotul Jannah, gratis semua.
"Semua kami anggap dan perlakukan seperti anak sendiri. Alhamdulillah kami diberi daya ingat sehingga mampu menghafal nama masing-masing. Itu sangat kami jaga agar sosok orangtua bisa masuk ke diri mereka"papar Gus Mad kepada surya.co.id, Jumat (3/9/2010).
Gus Mad yang hari ini 4 September berusia 40 tahun, memang lebih fokus ke anak-anak dan bayi terlantar. Padahal sebelumnya, ia hanya membantu anak-anak dari keluarga miskin.
"Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim" QS Al-Maa’uun ayat 1-2 itu mengilhami pilihan hidup Muhammad Khoirul Sholeh Effendi. Ketika orang lain bingung saat diberi tambahan anak, bahkan menolaknya, ia justru senang dan berburu bayi yatim piatu, miskin atau tak dikehendaki lahir ke dunia oleh orangtuanya.
Mulai hadirnya bayi dan anak dalam ponpesnya, berawal dari tayangan sebuah televisi yang menyiarkan temuan orok bayi yang dibuang di tempat sampah di Jawa Tengah. Perut orok itu habis dimakan anjing. Gus Mad langsung menangis dan berjanji untuk mengasuh setiap bayi atau anak kecil terlantar, bahkan giat mencarinya.
“Untuk itu saya tidak bisa pasif. Saya lantas mencetak banyak kartu nama dan dibagikan ke lembaga atau siapa saja yang saya temui. Dua tiga bulan kemudian, teman saya mengabarkan bahwa ada wanita pengemis asal Sumatera yang ingin menggugurkan bayi dalam kandungannya karena tak dikehendaki suaminya,” ulas pria asli Sidoarjo ini.
Gus Mad langsung mendatangi pengemis itu. Ia diajak ke ponpesnya untuk dicukupi kebutuhan gizinya hingga melahirkan. Bayinya pun ditinggal di ponpes dan sang ibu kembali ke keluarganya.
Menurut Gus Mad, bayi-bayi yang rata-rata berusia di bawah satu tahun itu merupakan makhluk Allah yang punya kelebihan luar biasa dibanding orang dewasa. Di setiap bencana alam, bayi-bayi umumnya beroleh mukjizat keselamatan. Bahkan, ia merasa senang ketika menemukan bayi yang lahir cacat atau kurang normal. Baginya, doa bayi yang tertindas atau tak dikehendaki orangtuanya, dengan keterbatasannya justru mendatangkan berkah yang berlipat-lipat.
0 comments:
Posting Komentar