Keberanian Fadalusi (40) pantas diacungi jempol saat dia harus berkelahi lawan buaya air asin selama 30 menit demi Siterus (14) anaknya. Berkat kegigihan sang ayah, Siterus bisa selamat dari buaya walau banyak mengalami luka di kepala dan patah tulang.
Kejadian itu bermula ketika Siterus bersama Julius (16) abangnya warga Desa Ujung Sialit, Kecamatan Pulau Banyak Barat, Aceh Singkil mencari udang swallow di laut untuk dijual.
Kedua anak Fadalusi itu menyelam ke dalam laut untuk mencari udang. Sedangkan si ayah menunggu di atas perahu sambil menunggu anak anaknya mencari udang.
Saat itulah seekor buaya dengan panjang sekitar 4 meter, tiba-tiba datang dan menerkam kepala Siterus sambil menyeretnya sejauh 200 meter.
"Sang ayah yang melihat kejadian tersebut, tanpa pikir panjang, langsung mengejar buaya yang menggigit dan menyeret putranya dengan perahu bututnya itu,” kata Jasman, Panglima Laot Aceh Singkil, Sabtu (30/10).
Siterus yang meraung kesakitan, akhirnya berhasil ditarik dan dilepaskan dari mulut buaya, setelah ayahnya terlibat duel dan saling tarik dengan buaya yang memangsanya itu.
Dalam duel dan tarik-menarik selama sekitar 30 menit itu, Sitorus terlepas dari mulut buaya dan langsung ditarik ke atas perahu oleh sang ayah dan kakaknya.
Meski tidak sampai merenggut jiwanya, korban tampak mengalami luka serius bekas gigitan buaya pada kepala bagian belakang, lengan dan punggungnya. Selain itu, korban yang merupakan anak kelima dari enam bersaudara, juga tampak tidak bisa membuka mulut karena menderita patah tulang rahang akibat terkaman buaya tersebut.
Sementara itu, menurut penuturan Lia, seorang kakak korban lainnya, setelah sempat dibawa ke rumah, Siterus kemudian segera dilarikan ke Puskesmas Pulau Balai, Kecamatan Pulau Banyak Barat, Aceh Singkil. Tapi, karena keterbatasan alat dan obat-obatan, akhirnya korban dirujuk ke RSUD Aceh Singkil di kawasan Gunung Meriah, Singkil.
"Korban berhasil diselamatkan ayah, dengan cara ditarik tangannya dari atas perahu. Ayah sampai kelelahan dan hampir tertarik ke laut, namun setelah rahang Siterus patah gigitan buaya melonggar hingga berhasil lepas" kata Lia di ruang Dahlia RSUD Aceh Singkil.
Kejadian itu bermula ketika Siterus bersama Julius (16) abangnya warga Desa Ujung Sialit, Kecamatan Pulau Banyak Barat, Aceh Singkil mencari udang swallow di laut untuk dijual.
Kedua anak Fadalusi itu menyelam ke dalam laut untuk mencari udang. Sedangkan si ayah menunggu di atas perahu sambil menunggu anak anaknya mencari udang.
Saat itulah seekor buaya dengan panjang sekitar 4 meter, tiba-tiba datang dan menerkam kepala Siterus sambil menyeretnya sejauh 200 meter.
"Sang ayah yang melihat kejadian tersebut, tanpa pikir panjang, langsung mengejar buaya yang menggigit dan menyeret putranya dengan perahu bututnya itu,” kata Jasman, Panglima Laot Aceh Singkil, Sabtu (30/10).
Siterus yang meraung kesakitan, akhirnya berhasil ditarik dan dilepaskan dari mulut buaya, setelah ayahnya terlibat duel dan saling tarik dengan buaya yang memangsanya itu.
Dalam duel dan tarik-menarik selama sekitar 30 menit itu, Sitorus terlepas dari mulut buaya dan langsung ditarik ke atas perahu oleh sang ayah dan kakaknya.
Meski tidak sampai merenggut jiwanya, korban tampak mengalami luka serius bekas gigitan buaya pada kepala bagian belakang, lengan dan punggungnya. Selain itu, korban yang merupakan anak kelima dari enam bersaudara, juga tampak tidak bisa membuka mulut karena menderita patah tulang rahang akibat terkaman buaya tersebut.
Sementara itu, menurut penuturan Lia, seorang kakak korban lainnya, setelah sempat dibawa ke rumah, Siterus kemudian segera dilarikan ke Puskesmas Pulau Balai, Kecamatan Pulau Banyak Barat, Aceh Singkil. Tapi, karena keterbatasan alat dan obat-obatan, akhirnya korban dirujuk ke RSUD Aceh Singkil di kawasan Gunung Meriah, Singkil.
"Korban berhasil diselamatkan ayah, dengan cara ditarik tangannya dari atas perahu. Ayah sampai kelelahan dan hampir tertarik ke laut, namun setelah rahang Siterus patah gigitan buaya melonggar hingga berhasil lepas" kata Lia di ruang Dahlia RSUD Aceh Singkil.
0 comments:
Posting Komentar