Berburu Fesyen tak Lagi ke Butik, Tinggal Klik

Doyan merek fesyen dari desainer terkenal bukan berarti harus berburu ke gerai-gerai mereka di Italia atau Prancis. Semua sudah bisa Anda lakukan dari balik komputer.

Setahun terakhir, demam toko online (online store) merajalela di kalangan produsen fesyen. Seperti dua perancang terkenal, Salvatore Ferragamo dan Roberto Cavalli. Hingga merek Hugo Boss yang sudah membuka toko online di Eropa, kini merencanakan ekspansi online hingga ke AS dan Asia.

"Kami berusaha mengerti konsumen online secara mendalam," ujar Kepala Eksekutif Claus-Dietrich Lahrs dalam konferensi pers di Berlin.

Menurut dia, pelaku fesyen kini menyadari kekuatan blog, sehingga mereka membuat ruang khusus di dunia maya untuk menarik perhatian konsumen sebelum mengunjungi gerai aslinya.

Prospek pertumbuhannya pun makin besar, seiring regenerasi konsumen yang menjadikan internet sebagai keseharian mereka. Ketika rangkaian fashion weekstreaming aksi catwalk mereka di internet. digelar selama September, berbagai rumah desain seperti Louis Vuitton, Dolce & Gabbana, dan Alexander McQueen, menyiarkan

Tidak ketinggalan laman jejaring sosial terbesar saat ini, Facebook. Ratusan merek yang telah mendunia termasuk Vuitton, Gucci, dan Burberry sudah memiliki rautsan ribu penggemar. Kecintaan mereka terhadap shopping dan merek-merek itu juga disuarakan lewat Twitter.

"Semakin Anda memaparkan merek ke hadapan publik, hasilnya akan makin baik," ujar desainer Gucci, Frida Giannini.

Kehebatan teknologi ini juga terlihat dari Giorgio Armani yang mulai menjual Emporio Armani dengan mobile platform. Artinya, konsumen bisa berbelanja melalui ponsel.

CEO Prada Patrizio Bertelli memprediksikan, dalam lima tahun lagi 30% penjualan item fesyen di Amerika akan dilakukan melalui internet. Padahal, ia mencontohkan, ketika merek asal Italia, Yoox, meluncurkan toko online pada 2000, banyak yang menyatakan skeptis dan meragukan media penjualan ini.

Namun pekan ini, Yoox melakukan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) di Milan. Menurut pendiri dan CEO Yoox, Federico Marchetti, dengan bertambahkan merek fesyen, komunikasi yang paling masuk akal adalah web. Sebab itulah konsumen mengalokasikan budget mereka untuk belanja online.

"Di sini letak potensial besar yang dimiliki sebuah online store,” paparnya.

Aktivitas online dunia fesyen juga terbantu oleh ketakutan konsumen yang biasa berbelanja barang mewah terhadap resesi global. Marchetti memperkirakan pada 2009, penjualan barang mewah secara online akan mencapai 20% atau menjadi 3,6 miliar euro. Jumlah itu merupakan 2,35% keseluruhan penjualan barang mewah tahun ini.

Di AS saja, ketika semua sektor ekonomi mengalami penurunan, penjualan onlineonline malah terus meraup keuntungan. Pada kuartal pertama 2009, penjualan dari 80 peritel negara itu tumbuh rata-rata 11%, berdasarkan laporan yang dibuat Organization for Economic Cooperation and Development.

"Insan fesyen kini mengerti perubahan konsumen karena adanya regenerasi ini. Sehingga mereka membuat tools baru untuk membuat konsumen terus tertarik," lanjutnya.

Ketertarikan web memang mudah dimengerti, karena produsen dan konsumen bisa langsung saling 'menyentuh'.

Bahkan, insan fesyen menganggapnya sebagai beriklan model baru. Hal ini disampaikan CEO Ungaro, Mounir Moufarrige yang menyukai fakta masyarakat kini lebih banyak berpetualang di dunia online. “Tadinya kami mengandalkan iklan majalah, tapi kini hal itu seperti pilihan kedua saja,” paparnya.



comment 0 comments:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger